THEOLOGI HINDU
(BRAHMA VIDYA)
Diringkas oleh :
Nama : I Putu Suaryana Suyasa
NIM : 100010334
Kelas : B101
Dipresentasikan pada tanggal : 8 Oktober 2010
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN TEKNIK KOMPUTER
STIKOM BALI
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan tugas paper ini masih banyak kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan tugas ini.
Pada kesempatan ini, saya menyampaikan terima kasih kepada dosen pengajar dan teman-teman yang telah memberikan bantuan dan partisipasinya baik dalam bentuk moril maupun materiil.
Saya berharap semoga paper ini ada guna dan manfaatnya bagi para pembaca.
Denpasar, 3 Oktober 2010
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................. i
Daftar Isi………………………………………………… ii
BAB 1 Pendahuluan.......................................................... 1
BAB 2 Pembahasan........................................................... 2
2.1. Tuhan.......................................................................... 2
2.2. Deva Dan Devata........................................................ 4
2.3. Berbagai Tingkat Roh atau Mahluk Tuhan................ 4
2.4. Psiko Kosmos............................................................. 5
2.5. Jalan Menuju Tuhan................................................... 6
BAB 3 Simpulan................................................................ 9
Daftar Pustaka.................................................................... 10
BAB 1
PENDAHULUAN
Mempelajari Ketuhanan Sebagaimana diungkapkan dalam kitab Brahma Sutra I.I.I., merupakan hal yang penting, karena dinyatakan sebagai jalan yang dapat mengantar manusia kepada kesempurnaan sampai kepada moksa.
Theologi atau Brahma Vidya adalah ilmu tentang Tuhan. Theos (bhs. Yunani) berarti Tuhan dan Logos (Bhs. Yunani) berarti Ilmu. Perlunya belajar Ketuhanan adalah untuk mengerti dan memahami tentang Tuhan agar dapat dihindari pengertian yang salah sejauh mungkin tentang pengertian Tuhan yang dibedakan dari hal yang bukan Tuhan.
Masalah Ketuhanan inilah yang akan dibahas berturut-turut dalam uraian berikut untuk mendapatkan gambarang yang jelas tentang pengertian, konsep, serta metode penghayatan tentang Tuhan sebagaimana dapat kita lihat sepanjang sejarah pertumbuhan agama Hindu.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. TUHAN
Terdapat definisi tentang Tuhan dalam Kitab Brahma Sutra, berdasarkan pada satu pengertian bahwa Tuhan adalah asal dari segala yang ada. Kata ini diartikan semua ciptaan, yaitu alam semesta beserta isinya termasuk dewa-dewa dan lainnya.
Salah satu aspek untuk mempelajari Tuhan adalah berusaha untuk mengenal atau mengetahui Tuhan. Untuk mengenal dan mengetahui kita memerlukan nama, penggambaran tentang sifat, hakekatnya atau apapun yang dapat memberi keterangan jelas dalam menghayati Tuhan.
Tuhan dalam keadaan sebagaimana halnya adalah dalam keadaan tanpa sifat (nirguna atau sunya). Dalam ilmu filsafat dikatakan sebagai keadaan dalam alam transcendental. Yang dikatakan trancendental artinya diluar dari kemampuan pikir. Dalam ilmu theologi, bahan pembicaraan adalah Tuhan dalam aspek Saguna Brahman (Tuhan dengan sifat hakekatnya, menurut pikiran manusia), bukan dalam Nirguna Brahman yang hanya sebagai hakekat yang diakui ada, dibuktikan atau tidak. Selain itu dikenal juga istilah Sakala dan Niskala, yang digunakan untuk saguna dan nirguna. Kata Sakala berarti mempunyai wujud waktu dan ruang. Kata kala berarti suara atau waktu.
Dari gambaran itu, aspek Tuhan dalam tingkat Saguna atau Sakala, tingkat ini dibedakan dalam murtinya sebagai Stula (badan) gaibnya, dibedakan antara tiga tingkat, yaitu:
1. Sabda / suara bentuk sabdamaya, disimbulkan dengan gelar Isvara.
2. Pikir / manah bentuk manomaya, disimbulkan dengan gelar Sadasiva.
3. Ilmu (murni) / Cittamaya, disimbulkan dengan gelar Paramasiva.
Terdapat pula gambaran Tuhan menurut alam pikiran manusia secara impiris, pada hakekatnya tidak sesuai dengan pengertian yang diberikan dalam kitab suci. Penggambaran Tuhan yang dimaksud itu menyebabkan sifat Tuhan dibawa pada sifat manusiawi, menyebabkan timbul gambaran Tuhan secara Pantheistis, Tuhan seperti manusia (Purusa) biasa dengan sifat lebih. Dengan gambaran sebagai manusia, secara abstrak dilukiskan Tuhan sebagai MAHA MENDENGAR, MAHA MELIHAT, MAHA MENGETAHUI, MAHA KUASA, MAHA PENCIPTA, MAHA PENGASIH, dan lainnya.
2.2. DEVA DAN DEVATA
Istilah Deva (malaikat) sebagai mahluk Tuhan adalah karena Deva Dijadikan (diciptakan). Dengan diciptakan ini berarti Deva bukan Tuhan melainkan sebagai semua mahluk Tuhan yang lainnya pula.
Rudra sebagai salah satu aspek Deva, merupakan unsur hidup dan kehidupan yang disebut sebagai Rudra prana. Nama Rudra sering diartikan sama dengan Siva (Rudra-Siva).
Devata sebagai istilah mempunyai arti ESA dan tidak pernah diartikan sebagai kata plural (jamak). Devata atau Ista Deva merupakan asal atau sumber dari semua ciptaan, baik alam semesta maupun Deva lainnya.
2.3. BERBAGAI TINGKAT ROH ATAU MAHLUK TUHAN
Ada dua istilah yang perlu mandapat perhatian, yaitu berbagai tingkat Deva-deva dan berbagai tingkat Sadya.pengertian tingkat Deva berarti Deva itupun masih dapat dibedakan menurut tingkat kedudukannya. Sedangkan tingkat Sadya yaitu tingkat Deva yang lebih rendah lagi, tetapi sifat mereka bermacam-macam.
Pitara dan Preta, pengertian pitara (pitri, vater) artinya Bapak, atau leluhur. Adapun pengertian Pitara pada umunya, adalah arwah leluhur yang telah selesai diprabukan dalam upacara Pitrayajna. Preta adalah calon Pitara. Preta ini didudukan masih terlalu dekat dengan manusia.
Kelompok kedua, yang disebut di dalam Manava Dharmasastra adalah kelompok Sadya, dibedakan pula atas tingkat dan jenis nya.
Bhuta (bhutani) di dalam sastra berasal dari kata Krodha atau Kruddha yang artinya marah. Raksasa adalah sejenis Bhuta pula tetapi sifatnya tidak
sama dengan Bhuta itu. Yatudhana dana Paulastya adalah semacam Raksasa pula yang karena kesaktiannya ia dapat memperlihatkan dirinya sesuai keinginanya. Pisaca adalah Raksasa pula tetapi lebih kecil. Asura adalah nama kelompok untuk semua jenis Roh yang sifatnya sama pula dengan Raksasa.
2.4. PSIKO KOSMOS
Kata PSIKO KOSMOS terdiri dari dua kata yang berasal dari bahas Yunani. Kata Psiko artinya Jiwa dan Kosmos artinya sama dengan Jagat atau alam semesta. Ajaran psiko kosmos adalah ajaran yang dijelaskan berdasarkan simbol alam kejiwaan dan alam dunia fana dan hubungan dengan alam gaib.
dalam Yoga, konsep psiko kosmos banyak dipakai sebagai sarana dalam penganalisaan perkembangan kejiwaan.
Contoh bentuk Psiko kosmos antara lain Manusia sebagai psiko kosmos, adalah manusia merupakan bentuk psiko kosmos yang paling sempurna. Psiko kosmos bukan manusia, penggambaran kosmos tidak hanya pada manusia melainkan pada semua objek termasuk pula benda symbol lainnya yang diumpamakan sebagai kosmos.
2.5. JALAN MENUJU TUHAN
Jalan (Patha) menuju Tuhan ialah cara dengan melakukan cara mana seseorang akan sampai kepada Tuhan atau pada wilayah Tuhan. Untuk sampai kepada Tuhan, orang harus mengenal Tuhan. Tetapi pengetahuan tentang Tuhan serba terbatas. Cara mengetahuinya terlalu berliku-liku sehingga dapat menyesatkan tanpa kesadaran dan berpikir selalu tentang Tuhan. Karena itulah untuk mengenal Tuhan, Tuhan dilukiskan seperti gambar Suastika.
Kitab suci mengajarkan pemujaan terhadap Tuhan. Bahasa manusia terlalu terbatas untuk menggambarkan arti kata pemujaan yang sebenarnya. Yang terpenting dalam pemujaan adalah sifat menyerahkan diri sepenuh hati kepada yang dipuja.
Menurut Rg. Veda X.71, ada empat jalan yang dapat dilakukan manusia untuk sampai kepada Tuhan, yaitu:
1. dengan menyanyikan lagu-lagu pujaan
2. dengan mempelajari dan mengenal Tuhan kemudian mengajarkannya
3. dengan melakukan Yajna dan memenuhi aturan yang digariskan
4. dengan menbaca doa-doa mantra
Dari keempat ajaran itu kemudian dikembangkan menjadi beberapa marga (yoga), yaitu :
1. Bhakti Marga (yoga)
2. Jnana Marga (yoga)
4. Karma Marga (yoga)
5. Raja Marga (yoga)
Sembahyang adalah salah satu dari sekian banyak cara untuk dekat kepada Tuhan,seorang yang hendak sembahyamg harus dalam keadaan suci dan baik. Suci dan baik tidak hanya suci karena mandi tetapi juga karena tingkah laku. Dalam Manu Smrti dikemukakan bahwa :
1. Pikiran kotor dan tidak baik harus diperbaiki dan disucikan dengan membaca mantra atau kitab Veda.
2. Badan yang kotor harus dibersihkan dengan jalan mandi.
3. Benda yang kotor harus dibersihkan dengan air, api atau benda pensuci lainnya.
4. perkataan yang kotor harus diajar berkata-kata yang baik, kata-kata halus dan budi bahasa yang baik.
Mereka yang dalam keadaan suci inilah yang layak bersembah bhakti pada Tuhan.
BAB 3
SIMPULAN
Brahmavidya adalah pengetahuan tentang Ketuhanan dalam Agama Hindu, pemahaman tentang Tuhan itu penting dan perlu karena dengan mengenal Tuhan secara tepat dan baik dapat mengantarkan kepada jalan kesempurnaan sampai kepada moksa.
SUMBER PUSTAKA
Referensi :
Gede Pudja, MA SH. 1999. THEOLOGI HINDU (Brahma Vidya).
Surabaya : Paramita.